Contoh Legenda dari Sumber Wawancara

Artikel

Asal Mula Terjadinya Dukuh Mojotelu

Pada zaman dahulu terdapat sebuah alas (hutan) yang belum berpenghuni. Alas itu masih gelap dan belum terawat. Alas tersebut banyak ditumbuhi pohon yang tinggi-tinggi, seperti pohon jati, trembesi, dan mahoni.

Pada suatu hari, ada sepasang suami istriyang datang ke alas itu. Mereka adalah Mbah Wongso Krusuk dan istrinya. Kemudian, Mbah Wongso Krusuk menetap disitu dan membangun sebuah rumah di alas itu. Sebagai pekerjaan sehari-hari, Mbah Wongso Krusuk dan istrinya membuat baatu bata.

Pada suatu hari, Mbah Wongso Krusuk mencari kayu bakardi temani istrinya. Di alas itu banya ranting pohon yang berjatuhan karena sudah kering dan siap digunakan untuk memasak. Ketika sedang asik mencari kayu bakar, Mbah Wongso Krusuk melihat pohon aneh yang berbeda dari pohon lainnya. Pohon itu berjumlah tiga dan tumbuhnyapun saling berdekatan. Sehingga daunnya saling bersentuhan antara pohon yan satu dengan pohon yang lain. Pohon itu bernama pohon Mojo.

Ketika Mbah Wongso Krusuk melihat pohon aneh itu, tanpa sadar Mbah Wongso Krusuk mengucapkan kata-kata,”Ing papan iki tak jenengke dukuh Mojotelu, yoiku saka wit Mojo sing cacahe telu. Wiwit saka anak putuku nganti tekane akhir jaman, papan iki tak jenengke Mojotelu.” Begitulah perkataan Mbah Wongso Krusuk ketika melihat pohon aneh itu, yang disaksikan juga oleh istrinya.

Sejak itulah, alas yang ditempati Mbah Wongso Krusuk dan istrinya, diberi nama Mojotelu. Setelah itu, banyak orang berdatangan di dukuh Mojotelu.mereka menetap dan membangun rumah disekitar tempat dimana Mbah Wongso Krusuk tinggal. Tempat itu tidak menjadi alas lagi,tetapi sebuah dukuh atau desa.

Sumber:

Nama        : Sastro Suwarjo

Alamat      : Mojotelu RT 03/X, Alastua, Kebakkramat

Jabatan di desa     : Tokoh Masyarakat

ASAL USUL

SEBUAH TEMPAT BERNAMA “MBAH JENGGOT”

DI DESA TANGKILAN

            Pada zaman dahulu ada seorang bernama Mbah Jenggot. Mbah Jenggot adalah seseorang yang digambarkan seperti gambar pada bungkus “Teh Jenggot” orangnya besar, tinggi, rambutnya kumal, mulutnya tidak nampak, brengos dan jenggotnya menyatu berbulu tebal, pakaiannya kumuh dan tidak terurus, sehingga terlihat seperti orang sakti. Orang itu berasal dari Jenggala.

Pada suatu hari Mbah jenggot datang ke desa Tangkilan, dan dia diamati oleh orang di desa tersebut sampai berhari-hari, bahkan minggu atau berbulan-bulan selalu hilir mudik seperti orang yang tidak tahu arah, maksud dan tujuannyapun masyarakat juga tidak tahu. Kalau siang dia berjalan terus, dan kalau malam tidurnya juga tidak ada yang tahu. Setelah beberapa hari orang tersebut tidak nampak. Ada cerita lain warga ada yang tahu bahwa pakaiannya terdapat di bawah pohon yang besar, tempatnya yang sepi di dekat aliran sungai dan keadaan tempat itu nampak singer atau wingit istilah jawanya “medheni” dan tanpa di sadari para warga menyebut tempai itu dengan sebutan “MBAH JENGGOT”.

Ditempai itu tidak ada yang berani bersuara keras atau ramai. Pada zaman Belanda tempai itu digunakan untuk berlindung oleh masyarakat setempat atau masyarakat dari luar daerah dari serangan Belanda, jadi orang-orang yang berlindung disitu dapat terhindar dari serangan Belanda. Katanya para Heho atau mata-mata Belanda kalau melihat tempatnya “Mbah Jenggot” itu akan terlihat seperti hutan belantara. Sampai sekarang tempat dan pohonnya masih ada.

Pada intinya yang dijuluki Mbah Jenggot itu adalah keturunan dari Jenggala, akan hidup menyendiri mengembangkan tradisi Jenggala disebarkan ke seluruh pulau Jawa. Dan sampai sekarang masyarakat desa Tangkilan tak ada yang tahu arah dan tujuan Mbah Jenggot datang ke desa Tangkilan.

Narasumber   :

Nama               : Sutardi ( keturunan bekel Eyang Singo Menggolo )

Alamat                        : Tangkilan RT 1/VII Karangmojo, Tasikmadu, Karanganyar.

Profesi             : Guru di SMP NEGERI 1 MOJOGEDANG